Senin, 01 April 2024

Realistis atau Pesimis? Aku Setelah Lulus Sekolah



    Hallo. Sudah lama tak bersua dengan blog ini. Kangen banget deh nulis di sini. Kira-kira, masih ada yang baca nggak ya? Semoga ada. Kalau gak ada juga gak apa-apa, sih. Ini hanya berbagi kisah dan pemikiran setelah lulus dari SMA, dan nyebur ke dunia yang sebenarnya.

    Sebelumnya, aku pernah ngasih tips, Cara Menghadapi Writer Block. Dan apa yang terjadi? Aku tengah mengalami hal ini hampir genap dua tahun. Gila ya, itu writer block atau malas? Gak tahu juga, kemungkinan keduanya.

    Disaat menulis tips tersebut, aku masih giat-giatnya menulis. Sesukaaa itu aku sama dunia oranye alias Wattpad. Sudah berapa kali aku hanyut dalam dunia yang diciptakan penulis favoritku, sehingga aku terinspirasi untuk lebih semangat menulis. Membayangkan aku jadi penulis terkenal dengan ratusan karya, it's my dream!

    Tapi ternyata realitanya gak semulus itu. Setelah keluar dari SMA, fokus dan prioritasku berubah. Yang tadinya masih bisa menulis sampai 2000 kata/hari, sekarang untuk menulis satu bait puisi saja kalau lagi mood. Dulu masih menggebu untuk membuat character building sampai 5 halaman, sekarang muncul ide dan akhirnya bisa ditulis di notes juga sudah alhamdulillah.

    Selama dua tahun terakhir, aku merasa terombang-ambing istilahnya mah (ceilah).
Kenapa gitu? Semua hal-hal yang aku sukai, semua hobi-hobiku, terasa nggak seru lagi. Aku mulai berpikir, apakah impian menjadi penulis hebat itu sekadar angan-angan gadis kecil nan lugu?
Berulang kali aku coba untuk melanjutkan apa yang membuatku bahagia dulu, menghidupkan kembali percikan semangat gadis kecil saat itu .... tapi semua sama saja. Nggak asyik lagi.

    Kalau makanan, mungkin ini yang dinamakan expired? Entahlah.

    Apalagi sekarang aku disambi magang + kelas malam. Sulit untuk melakukan rutinitasku yang dulu. Sudah capek duluan rasanya. Aktivitasku yang sekarang hanya magang, kelas, bersih-bersih kosan, makan, tidur, repeat. Nggak produktif banget ya calon budak korporat ini? Wkwk.

    "Yaudah nggak usah dipusingin, sekarang mah fokusnya cuma cari duit."

    Ya, itu salah satu fokus utama sekarang. Mau cepat-cepat kerja, dapat duit, bisa ikut tren joana (anjay). Hayo ngaku, sama kan?! :D

    Kalau jadi penulis mah hoki-hokian. Kalau terkenal, dapat money. Kalau sepi, angkat kaki, pikirku. Dan makin kesini, sistem cerita fiksi makin susah ditebak. Banyak yang menurutku--maaf--tulisannya belum layak masuk ke penerbit mayor, tapi pembacanya sampai puluhan juta, bahkan difilmkan! 
Bukan apa-apa, tapi pasaran Indonesia Raya ini menurutku membosankan banget (geng motor insyaf, orang kaya nikah sama tukang tahu, dsb). Memang adaa aja sih yang seru, tapi kebanyakan yang diangkat ke layar kaca tuh itu-itu saja. Makanya aku bilang hoki-hokian, karena memang masyarakat sekarang sesusah itu untuk ditebak (kayak doi).

    Terus, apakah harus berhenti menjadi penulis?

    Hmm, kurasa nggak. Soalnya masalah tulis-menulis ini memang passion dari orok. Aku sadar suka nulis itu sejak kelas 2 SD. Disuruh bikin cerpen, pasti selalu aku yang ceritanya paling panjang. Dari TK juga kalau ke perpustakaan, aku anteng mojok sambil megang dongeng Kancil Si Pintar (meski terpukau sama gambarnya doang), bukan kayak teman-teman yang loncat kesana-kemari sampai jadi gempa bumi skala kecil //lebay. Tapi memang seseru itu kalau udah suka sama 1 buku, bawaannya fokus banget sampai tamat, kadang sampai gamon.

    Intinya, aku gak mau writter block mengganggu jati diriku sendiri. Nggak masalah sekarang aku belum sanggup nulis sampai 2000 kata/hari lagi. Nggak masalah kalau aku tertinggal dari teman-teman penulisku yang lain. Nggak masalah kalau aku nggak secepat orang lain. Aku ya aku, punya jalur sendiri, nggak usah ikut-ikutan orang. Berproses selayaknya manusia. Aku yakin, suatu saat nanti, aku bisa mewujudkan impian gadis kecil nan lugu kemarin jadi kenyataan ... walau pelan-pelan, selama aku masih suka dengan dunia kepenulisan ini, dan nggak akan pernah mau berhenti.

    Meski semakin dewasa prioritasku berubah, aku nggak mau menghilangkan jati diriku. Nggak ada yang bisa menghentikan aku yang menyukai sastra dan seni ini. Jadi kalau kamu punya passion, bahkan impian besar semasa kecil, pelihara itu, kalau bisa terus dikembangkan sampai mahir, dan impian itu bisa jadi kenyataan.

    Jangan sampai masa depan jadi makin monoton karena yang dipikirkan hanya uang. Jadi budak korporat sampai tua. Iiihh, melelahkan nggak sih? Mendingan setelah punya tabungan langsung buka bisnis sendiri daripada kerja di ketiak orang lain terus. Keuntungan seratus persen untuk diri sendiri.

    Jadi sebenarnya aku ini apa, realistis atau pesimis?

    Sepertinya yang paling benar itu aku si manis. Sudah, iyain aja.

    Sekian, makasih sudah baca cuap-cuapku sampai akhir!




2 komentar:

 
Light Pink Pointer